Tarbiyah Istimroriyah




Dalam proses pengertian yang integralistik, dakwah merupakan proses yang berkesinambungan yang dilakukan oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah dengan segala keuntungannya, dan secara bertahap secara mandiri menuju kehidupan yang Islami.
Suatu proses yang berkesinambungan ini adalah suatu proses yang bukan insidental atau kebetulan, melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara terus menerus oleh para kader dakwah dalam rangka mengubah perilaku sasaran dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Sudah bukan zamannya lagi, dakwah dilakukan asal jalan, tanpa sebuah perencanaan yang matang, baik yang menyangkut materinya, tenaga pelaksanya, ataupun metode yang dipergunakannya. Memang benar, sudah menjadi sunnatullah bahwa yang hak akan menghancurkan yang batil, seperti yang telah difirmankan Allah dalam QS. Al-Isra: 81

Artinya : “Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka.”
Tetapi sunnatullah ini berkaitan dengan sunnatullah yang lain, yaitu bahwasannya Allah SWT sangat mencintai dan meridhai kebenaran yang diperjuangkan dalam sebuah barisan yang rapi dan teratur. Dijelaskan Allah dalam QS. Ash-Shaf: 4
Tarbiyah sangat dibutuhkan dalam kahidupan aktivis. Walaupun orang-orang memandang seorang aktivis sudah memilki ilmu yang cukup dalam mengenai agama, namun hal tersebut tidak menjamin kokohnya keberadaan seorang aktivis. Jadi tarbiyah ini harus tetap berjalan secara “Istimroriyah” atau berkelanjutan dengan tetap mengikuti Liqo’ atau Halaqoh serta agenda-agenda terbiyah lainnya. Liqo’ akan sangat membantu dalam mempertahankan serta mengontrol amalan yaumi seorang aktivis, dimana amalan yaumi ini merupakan Tarbiyah Ruhiyah dari dakwah. Akan sangat berbahaya jika seorang aktivis tidak lagi melanjutkan tarbiyah mereka, karena yang akan kita andalkan dalam berdakwah adalah ilmu yang kita miliki, dan ilmu itu harus diasah setiap saat. Serta pengamalannya harus kita pertahankan setiap hari.



A.)     Tarbiyah
Tarbiyah memiliki tiga marhalah yaitu tilawah, tazkiyah, mengajarkan dan mempelajari kitab dan hikmah. Di antara pentingnya kita mengikuti tarbiyah adalah karena Al Qur’an dan hadits menyuruh kita untuk belajar, berilmu, dan mengikuti pendidikan seumur hidup dan juga karena banyaknya keuntungan yang diperoleh dari tarbiyah ini. Beberapa keuntungan tarbiyah yang kita rasakan adalah mendapat petunjuk dari Allah SWT untuk memperoleh pengetahuan, harga diri (prestise), kekuatan, dan persatuan. Keseluruhannya akan membentuk khairu ummah.
Hasil tarbiyah adalah kenikmatan yang besar yaitu berupa pengetahuan, harga diri,  kekuatan, dan persatuan. Dengan ilmu yang benar yang kita dapati melalui tarbiyah boleh menjadikan kita manusia yang berilmu dan sadar atas tingkah laku yang kita lakukan. Mempunyai ‘izzah Islam berarti mengembalikan dirinya hanya kepada Allah, bukan kepada benda-benda yang tidak bernilai. Dengan ‘izzah ini juga terdapat kekuatan Islam karena semangat yang ditumbuhkan melalui tarbiyah dapat membangkitkan suasana kecintaan dan perjuangan. Akhirnya melalui tarbiyah kita dapat disatukan dengan fikrah dan amal.
Kemudian para ulama mengembangkan pengertian lughowi ini menjadi pengertian istilahi dari tarbiyah.
Imam Baidhawi (685 H) mengatakan dalam tafsirnya "Anwarut-Tanzil Wa Asrarut-Ta'wil), 'Makna asal dari kata "Robb" adalah tarbiyah yaitu menghantarkan sesuatu secara bertahap sampai tingkat kesempurnaan.'Dalam kitab Mufradat, ar-Raghib al-Ashfahani mengatakan, 'Makna asal dari kata "Robb" adalah menumbuhkan mencetak sesuatu secara bertahap sampai batas kesempurnaan.'

Ustadz Abdurrahman Albani dalam tulisannya "Madkhal Ilat-Tarbiyah" menegaskan bahwa kata "Tarbiyah" itu memiliki empat unsur makna : 
Pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak. 
Kedua, mengembangkan potensi dan menyiapkannya. 
Ketiga, mengarahkan fitrah dan petensi tersebut secara baik dan sempurna.
Keempat, tadarruj (bertahap) dalam menjalankannya sebagaimana yang diisyaratkan oleh Imam Baidhawi di atas.



1.      Pengertian Tarbiyah
*     Secara Etimologi
Tarbiyah dapat dikembalikan kepada 3 kata kerja yang berbeda, yakni:
§  Rabaa-yarbuu yang bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang.
§  Rabiya-yarbaa yang bermakna nasya-a, tara’ra-a, artinya tumbuh.
§  Rabba-yarubbu yang bermakna aslahahu, tawallaa amrahu, sasa-ahuu, wa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang artinya masing memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik).
Alasan untuk berdakwah adalah semakin tingginya nikmat Islam yang kita dapatkan. dakwah merupakan kelaziman nikmat, menandakan sejauh mana kita mendapatkan nikmat. jika nikmat Islam tersebut hilang, maka matilah dakwah tersebut.
*     Dapat disimpulkan bahwa :
a)      Tarbiyah adalah sebuah amaliyah yang memiliki hadf (sasaran) dan ghoyah (tujuan)
b)      Murabbi yang sebenarnya adalah Allah swt yang telah menciptakan fitrah manusia dan menganugerahkan berbagai potensi kepada manusia. Dialah yang telah menggariskan konsep dan tuntunan untuk mengembangkannya sebagaimana Ia telah mensyari'atkan sebuah syari'ah (aturan) untuk mengatur pelaksanaannya.
c)      Tarbiyah menuntut kita untuk membuat tahtith (perencanaan) yang bersifat tadriji (bertahap) dan munazhzham (teratur) sesuai dengan marhalah-marhalahnya.
d)      Tugas murabbi (pendidik) harus mengikuti dan tunduk kepada syari'ah (aturan) Allah dan tuntutan dien-Nya.


2.      Makna Tarbiyah
Makna tarbiyah adalah sebagai berikut:
a.  Proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan tujuan akhir si anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri di tengah masyarakat.
b. Kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak, dan menyenangkan (tidak membosankan).
c.  Menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan tanpa batas sesuai syariat Allah SWT.
d. Proses yang dilakukan dengan pengaturan yang bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yang mudah kepada yang sulit.
e.  Mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yang mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
f.   Kegiatan yang mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan, dan perasaan memiliki terhadap anak.

3.      Arti Tarbiyah
Dalam Islam, istilah pendidikan disebut dengan tarbiyah. Menurut ilmu bahasa, tarbiyah berasal dari tiga pengertian kata -robbaba-robba-yurobbii- yang artinya memperbaiki sesuatu dan meluruskannya. Sedang arti tarbiyah secara istilah adalah:
a.    Menyampaikan sesuatu untuk mencapai kesempurnaan, dimana bentuk penyampaiannya satu dengan yang lain berbeda sesuai dengan tujuan pembentukannya.
b.   Menentukan tujuan melalui persiapan sesuai dengan batas kemampuan untuk mencapai kesempurnaan.
c.    Sesuatu yang dilakukan secara bertahap dan sedikit demi sedikit oleh seorang pendidik.
d.   Sesuatu yang dilakukan secara berkesinambungan, maksudnya tahapan-tahapannya sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti pada batas tertentu, terhitung dari buaian sampai liang lahat.
e.    Dijadikan sebagai tujuan terpenting dalam kehidupan, baik secara individu maupun keseluruhan, yaitu untuk kemashlahatan ummat dengan asas mencapai keridhaan Allah SWT

4.      Manfaat Dakwah
a.       Dakwah merupakan suatu kenikmatan.
Setiap orang yang mempelajari Islam akan timbul kenikmatan sehingga orang tersebut menjadi seorang missionaris. berarti setiap orang Islam adalah missionaris, berbeda dengan keyakinan lain yang hanya memberikan 'gelar' missionaris pada orang-orang tertentu.
b.      Cara cepat masuk surga.
Mungkin amalan yang telah kita lakukan tidak sebanyak amalan yang mereka lakukan selama di dunia. maka dengan berdakwah, berarti kita 'menginvestasikan' usia kita dengan amalan-amalan yang tidak terlalu besar namun memiliki dampak yang cukup besar. Dalam riwayat Ibn Majah, Rasulullah SAW menambahkan tiga amal di atas, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amal dan kebaikan yang terus mengiringi seseorang ketika meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat, anak yang dididik agar menjadi orang shaleh, mewakafkan Alquran, membangun masjid, membangun tempat penginapan bagi para musafir, membuat irigasi, dan bersedekah." (HR Ibn Majah).
c.       Mencegah terjadinya bencana di muka bumi
Jika dalam sebuah wilayah terkena bencana, bisa diperkirakan bahwa para da'i yang ada di sana hanya diam. diam berarti tidak meneruskan dakwahnya. jika para da'i diam, maka kemunkaran akan muncul dimana-mana sehingga menimbulkan bencana pula.
d.      Cara menjaga keistiqomahan dalam Islam
Berdakwah berarti kita juga dengan cepat mengoreksi diri kita. Selain itu, dengan berdakwah kita juga akan dijaga banyak orang. yaitu dengan segala perilaku kita yang mungkin dijadikan contoh bagi orang lain. dengan adanya kesalahan dalam berperilaku maka kita akan ditegur oleh orang lain.



5.      Hubungan Antara Islam dan Tarbiyah
 Islam adalah syari'ah Allah untuk seluruh manusia agar dijadikan pedoman dalam beribadah kepada-Nya termasuk di dalamnya membina dan mendidik generasi Islam agar menjadi hamba-hamba-Nya yang berserah diri dan patuh kepada syari'ah-Nya. Pembinaan dan pendidikan seperti inilah yang dimaksud dengan tarbiyah.

Syari'at Islam tidak mungkin dapat diwujudkan kecuali dengan cara melakukan pembinaan jiwa, pembinaan generasi dan masyarakat di atas landasan iman kepada Allah, muroqobah dan berserah diri serta tunduk dan patuh hanya kepada-Nya.

Dengan demikian tarbiyah merupakan kewajiban atas setiap orang tua dan pendidik (mu'allim) dan amanat yang harus dipikul dari generasi ke generasi, dan celakalah bagi siapa saja yang menghianatinya atau menyimpang dan keluar dari tujuannya.

Tujuan tarbiyah adalah membina dan mendidik manusia agar bertahkim kepada syari'ah Allah dalam segala prilakunya dengan penuh kepasrahan dan tidak ada rasa sempit dan keberatan sedikitpun di dalam dadanya.firman Allah surah  An-Nisa : 65

            

Artinya : “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”

Kemuadian surat Al-'Ashr –sebagaimana dikatakan oleh DR. Abdurrahman an_nahlawi- juga mengisyaratkan bahwa agar manusia selamat dari kerugian dan siksa Allah, harus dilakukan tiga hal :
a.    Tarbiyatul fardi (membina individu) di atas landasan iman kepada Allah, istislam kepada syari'ah-Nya dan iman kepada yang ghaib.
b.   Tarbiyatun-nafs (membina jiwa) agar beramal shalih dan dan membiasakan hidup sehari-hari sesuai dengan manhaj Islam.
c.    Tarbiyatul mujtama' (membina masyarakat) agar senantiasa saling berwasiat untuk mengamalkan kebenaran dan sabar dalam menghadapi cobaan dalam beribadah kepada Allah swt.

6.      Landasan berdakwah
a.     Q.S Ar-Ra’du : 11
Harus ada langkah konkret yang kita lakukan untuk menyebarkan kebaikan.
b.   Q.S At-Taubah : 111
Allah memberikan tawaran kepada orang-orang mukmin ketika diaberjuang di jalanNya dengan syurga


Artinya : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”
c.    Q.S Al-Ahzab : 23

Artinya : “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yg gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yg menunggu-nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)”
d.   Q.S Al-Baqarah : 138

Artinya : “Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari
pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.”
e.    Pesan Ustadz Hasan Al-Hudaibi, “ Tegakkan Daulah Islamiyah di dalam hatimu, agar dia tegak di atas bumimu.”Jangan hanya jadi orang yang pintar berbicara tanpa ada langkah yang dilakukan atas ucapannya.
f.     Q.S Muhammad : 7

Artinya : “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah,
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
         


B.)     Istimroriyah (Kontinyuitas / Kesinambungan)
Istimroriyah (kontinyuitas) berbicara tentang konsistensi, daya tahan dan kesiapan menghadapi cobaan.
Istimroriyah, dalam bahasa syariat disebut dengan istiqamah. Konsistensi disini kita berbicara tentang kesungguhnya berprinsip.
Istimroriyah terkait erat dengan konsep Khusnul Khatimah. Sabda Nabi, penilaian amal ada di akhir (Shahih Ibnu Hibban).
Menjaga istimroriyah memiliki tantangan tersendiri, karena manusia memiliki sifat bosan.Karenanya Allah sangat mencintai perbuatan yang istimror (kontinyu) walau sedikit (Muttafaq alaih).
 Dalam banyak hal, keberhasilan dan kegagalan kita lebih ditentukan oleh istimroriyah atau tidak tidaknya dibanding faktor lainnya.
Dalam dakwah, kita sering terpesona dengan semangat luar biasa, dan jumlah besar. namun seringkali hanya sesaat saja.Semntara yang menggelar pengajian bertahun-tahn secara kontinyu dan dihadiri beberpa puluh atau gelintir orang saja, sering tidak dianggap.Padahal justru dari sana biasanya lahir para ulama, pemikir dan bahkan pemimpin nasional hingga internasional.
 Istimroriyah memang mahal, dia butuh orang yang besar hatinya untuk menapaki jalan dengan tekun dan tidak terombang - ambing kesana kemari.



C.)     Tarbiyah Istimroriyah (Dakwah Berkesinambungan)
 Istimroriyah dakwah maksudnya regenerasi dakwah secara terus-menerus. Dakwah jangan dilakukan hanya sekadar niat saja, alangkah baiknya jika diaplikasikan dengan amalan yang konkret. Dakwah Islam kontemporer memerlukan reformasi dan kontinuitas.
Istimroriyah dalam da’wah adalah salah satu tuntutan yang harus dipenuhi sebagai konsekuensi dari karakteristik jalan da’wah yang panjang. Problematika Istimroriyah dalam da’wah bisa bersifat internal maupun eksternal. Islam mewajibkan umatnya untuk menyusun kekuatan. Islam mewariskan umatnya untuk saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran. Islam adalah agama dakwah. Islam memandang manusia sebagai khalifah allah di bumi.
Di antara perasaan pesimis itu, kebangkitan Islam kembali diagungkan. Meski musuh-musuh Islam tak pernah diam, kita lihat setiap orang melangkah, setiap kaum mu’minin berupaya menyusun kekuatan. Supaya meraih kesatuan, kemenangan dan kemuliaan itu kembali.
Perbekalan yang penting disiapkan oleh setiap du’at dalam memelihara istimroriyah ini antara lain adalah :
                                       i.      Tarbiyah Pribadi (Syakhshiyah) yang seimbang antara aspek Ruh, ‘Aqal dan Jasmani
                                     ii.      Membangun dan memelihara Ukhuwwah (Ta’aruf, Tafahum, Ta’awwun, Takaful)
                                    iii.      Merapatkan shaf para du’at dengan ‘amal jama’I
Dalam proses Dakwah Berkesinambungan ini paling tidak ada 3 dimensi yang saling berkaitan erat dan saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu:
  1. Sasaran Dakwah (Mad’u)
  2. Pelaksana Dakwah (Kader Dakwah atau Da’i)
  3. Metode dan Perencanaan Dakwah (Manhaj Dakwah)

  Istimroriyah dakwah maksudnya regenerasi dakwah secara terus-menerus. Dakwah jangan dilakukan hanya sekedar niat saja, alangkah baiknya jika diaplikasikan dengan amalan yang konkret.
Sebagai muslim, apalagi sebagai generasi muda seorang generasi penerus bangsa, sudah seharusnya kita berdakwah. Tidak hanya diucapkan dengan lisan, tapi juga diamalkan dengan perbuatan.
Dakwah tidak hanya dilakukan di sekolah saja, tapi juga dimana saja kita berada. Dakwah juga tidak hanya terikat tempat saja namun, juga tidak terikat waktu. Kapan saja dakwah bisa dilakukan.
Untuk berdakwah banyak tantangannya, tetapi kita sebaiknya selalu  istiqomah dan pantang menyerah untuk terus berdakwah, menyebarkan kebaikan, dan menyebarkan islam.

Daftar pustaka :
1.      arum%20blog.htm
2.      ipahipeh blog » Blog Archive » Tarbiyah Islamiyah
3.      Kesinambungan Dakwah 28
4.      Tarbiyah - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
5.      Musthofa Masyhur S. 1993. QODHOYA ASASIYAH ‘ALA THORIQID-DA’WAH. Edisi Indonesia : Penerbit Al Ishlahy Press, Jakarta, cetakan I. Penerjemah : Abu Ridha

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar